Penggunaan garam, gula, dan lemak (GGL) yang tinggi dalam masyarakat Indonesia menjadi perhatian serius bagi Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Badan Pengawas Obat dan Makanan RI (BPOM), L Rizka Andalusia. Menurutnya, konsumsi berlebihan dari ketiga zat ini telah berkontribusi terhadap peningkatan kasus penyakit tidak menular (PTM) di negara ini, yang pada gilirannya meningkatkan beban biaya kesehatan.
Rizka menggarisbawahi bahwa penyakit tidak menular sebenarnya dapat dicegah dengan mengadopsi pola makan yang lebih sehat. Salah satu contoh yang disebutkannya adalah menghindari penambahan gula pada minuman seperti kopi atau teh. “Slogan kita, yang kopi pakai gula, itu bukan peminum kopi sejati,” ujarnya, menegaskan pentingnya mengurangi atau menghilangkan gula dari minuman sehari-hari.
Edukasi Masyarakat untuk Mengurangi Konsumsi GGL
Menurut Rizka, pengurangan konsumsi garam, gula, dan lemak yang berlebihan memerlukan pendekatan edukasi yang intensif kepada masyarakat. Hal ini bertujuan untuk mengubah perilaku konsumsi yang tidak sehat menjadi lebih sehat. Misalnya, mengajak masyarakat untuk mengurangi tambahan gula pada minuman atau memilih makanan yang lebih rendah kandungan garam dan lemaknya.
Rizka juga menyoroti bahwa kebiasaan menambahkan gula pada minuman dapat merusak pengalaman rasa dari minuman itu sendiri. “Berapa pun mahalnya harga kopi yang Bapak beli, begitu Bapak tambahkan gula, hilang rasa kopinya itu,” tandasnya. Pernyataan ini mencerminkan kesadaran akan pentingnya menikmati makanan dan minuman secara alami tanpa tambahan yang tidak perlu.
Pentingnya Kesehatan Masyarakat Sejak Dini
BPOM juga menekankan perlunya menjaga kesehatan masyarakat sejak usia dini, termasuk dalam pemilihan makanan untuk bayi. Rizka menekankan bahwa susu formula bayi yang mengandung gula harus dihindari, dan BPOM bertekad untuk mengatur ketat hal ini. Langkah ini diharapkan dapat memberikan dasar kesehatan yang kuat bagi generasi mendatang.
“Ini merupakan suatu upaya yang sangat-sangat besar yang harus dilakukan pemerintah untuk mendukung kesehatan masyarakat,” ungkap Rizka dengan keyakinan.
Tantangan dan Solusi Ke Depan
Tantangan utama yang dihadapi adalah mengubah paradigma masyarakat terkait pola makan yang telah terbiasa dengan tingginya konsumsi GGL. BPOM perlu terus berkolaborasi dengan pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat sipil untuk meningkatkan kesadaran akan pentingnya pola makan sehat. Pendidikan kesehatan yang menyeluruh dan berkelanjutan diharapkan dapat memberikan dampak positif dalam mengurangi prevalensi penyakit tidak menular di Indonesia.
Kesimpulan
Dalam upaya mengatasi peningkatan kasus penyakit tidak menular yang terkait dengan konsumsi garam, gula, dan lemak yang tinggi, BPOM di bawah kepemimpinan Rizka Andalusia memberikan perhatian serius terhadap edukasi masyarakat tentang pentingnya pola makan sehat. Langkah-langkah ini tidak hanya bertujuan untuk mengurangi beban biaya kesehatan, tetapi juga untuk menciptakan masyarakat Indonesia yang lebih sehat dan produktif. Melalui kerja sama lintas sektor dan pendekatan holistik, diharapkan bahwa perubahan positif dalam perilaku konsumsi makanan dapat terwujud untuk kesejahteraan bersama.